Followers

Visitors

blog-indonesia.com
   

Yang disebut rasa tanggung jawab padamu itu sebetulnya hanyalah kepura-puraan manusia. Sebab manusia itu, sadar atau tidak, merasa sendirian di dunia dan di dalam kesepiannya membutuhkan orang lain untuk kawan dan lawan sekali, untuk sasaran rindu dan nafsunya (Saat yang Genting)

Sebentar Susi memandangi laki-laki kurus. Kemudian ia memandangi laki-laki gemuk. Dan setelah dilihatnya laki-laki kurus tetap masa bodoh, sedang laki-laki gemuk membalas pandangan dengan tertawa mengejek, setelah ia menggigit bibir dengan dada naik turun, terus saja suaranya pecah di dalam ratap memohon. “Tuan! Berilah saya pistol yang tadi malam. Berilah saya pistol. Biar saya buktikan apa yang saya katakana. Biar saya buktikan…” Dan ia terus menangis.
Dan melihat Susi menangis, laki-laki kurus yang masa bodoh terus menjauh. Dan laki-laki gemuk yang mengejek terus tertawa. Dan terus tertawa. Sampai akhirnya muncul polisi yang tadi, yang setelah memberi hormat kea rah kita terus pula bertanya.
“Apa, Tuan, yang mesti saya lakukan dengan mereka?” (Pengakuan)

Dalam bukunya kali ini, Utuy T Sontani menghadirkan dua kisah. Pertama kisah yang sama dengan judul buku ini, "Saat yang Genting", dan kedua adalah “Pengakuan”. Bagaimana gambaran peristiwa-peristiwa yang hanya hidup dalam pikiran dan ingatan Mahmud, Sang tokoh utama dalam “Saat yang Genting” dan pikiran-pikiran yang berkecamuk dalam diri Susi, tokoh utama dalam “Pengakuan” 

0 comments

Post a Comment